NILAI-NILAI
TABERNAKEL BAGI HIDUP ORANG PERCAYA
Pengajaran
Tabernakel adalah doktrin Alkitabiah seutuhnya berdasarkan pola Kerajaan Surga
(Ibr. 8:5), yakni Pola Keselamatan dari Allah. Melalui Pola yang
Alkitabiah ini yang kemudian disebut Pola Pengajaran Tabernakel, manusia
secara tepat dan pasti dibimbing untuk menemukan dan menerima keselamatan kekal
dari Allah melalui satu-satunya jalan yaitu Tuhan Yesus Kristus. Pengajaran
Tabernakel bermula dari ungkapan yang diberikan oleh Roh Kudus pada seorang pendeta bernama F. G. van
Gessel,[1] di suatu
hari pada tahun 1935 melalui Yohanes 1:14 yang berbunyi "... Firman
telah menjadi daging dan diam di antara kita ... ". Kata 'diam' dalam Yunani menggunakan kata σκηνόω (skenoo) yang jika dibaca berbunyi “bertabernakel..."
Ketika Allah
memerintahkan Musa untuk mendirikan Tabernakel, Dia memberi petunjuk, bahwa
bangsa Israel harus membuat tempat kudus bagi Allah menurut contoh Kemah yang
ditunjukkan Tuhan di atas gunung Sinai (Keluaran
25:8-9). Kemah Suci dan pelayanan mereka dalam Kemah Suci adalah
gambaran atau bayangan dari apa yang ada di Sorga (Ibrani 8:5). Yang di sorga adalah Allah, yang ingin membukakan
diri, agar manusia mengenal Dia dengan benar. Sebab itu, Allah memberikan
kepada Musa suatu Tabernakel di gunung Sinai. Berarti pola yang diberikan
adalah gambaran Pribadi dan rencanaNya yang besar, agar manusia yang telah
jatuh, dan tidak lagi sempurna seperti awal mula diciptakan, dapat dipulihkan
dan diselamatkan. Mengapa demikian? Pola Tabernakel yang diberikan kepada Musa,
dikala manusia hidup dalam keadaan berdosa. Tuhan ingin memberikan contoh, atau
bayangan akan rencanaNya, dan rencana ini terkait dengan keselamatan manusia
dan hubungannya dengan Dia. Tuhan rindu agar keintiman persekutuan di taman
Eden itu dipulihkan.
Jalan untuk
masuk kembali ke dalam keselamatan adalah hanya melalui satu-satunya jalan,
yaitu Tuhan Yesus Kristus (Yohanes 14:6)
dengan demikian Tabernakel atau pola yang diberikan dalam bentuk Tabernakel
adalah gambaran bagaimana manusia diselamatkan dan panduan bagi manusia yang
telah diselamatkan untuk bersekutu senantiasa dengan Tuhan (ibadah yang
sejati). Karena Tabernakel adalah bayangan jalan keselamatan dan hidup sempurna
dalam hadirat Tuhan. Bayangan ini menunjuk kepada Yesus Kristus, Firman (yang
adalah Allah) dalam tubuh daging (Yohanes
1:14). Dari sini kita melihat, bahwa Allah di dalam wujud Yesus Kristus
berdia (bertabernakel) ditengah-tengah kita. Yesus berkata tentang tubuh jasmaniNya,
sebagai berikut: “Rombak Bait Allah ini,..Tetapi yang dimaksudkanNya dengan
Bait Allah adalah tubuhNya sendiri.” (Yohanes
2:19-21).
Tabernakel
merupakan suatu pengajaran yang mengungkapkan suatu kebenaran mengenai Kristus
itu sendiri. Suatu kebenaran yang belum diketahui oleh banyak orang Kristen
bahwa tabernakel itu adalah tubuh Yesus sendiri. Demikian pula proyeksi kehidupan Kristen
pasti ditandai dengan dinamika langkah
yang tidak dapat di tolak ataupun dihindari setiap orang Kristen.; menjadikan
langkah Kristen sebagai suatu langkah yang menarik dan yang dapat diteladani
juga berawal dengan adanya pengenalan, pertobatan dan pemulihan hidup secara
utuh.
Tulisan
ini mencoba untuk melihat lebih dalam realita ini dari sudut pandang Alkitab
melalui suatu kebenaran sebagai fondasi iman orang percaya dalam sejarah Israel[2]
mengenai nilai-nilai dari tempat suci yaitu Tabernakel dan
kemudian menghubungkannya dengan konteks kekinian yakni dalam kehidupan orang
percaya. Proses penulisannya adalah
sebagai berikut: pertama-tama penulis
akan memberikan pemaparan hasil observasi dan eksposisi mengenai Tabernakel terhadap
Kitab Keluaran. Pada bagian ini penulis akan memaparkan dengan detail mengenai tempat suci (Tabernakel) yang dalamnya Allah tinggal di
antara orang orang Israel di padang belantara. Kedua, penulis akan menarik implikasi yang berbentuk
nilai-nilai dari Tabernakel dalam hidup orang percaya masa kini yang sejauhmana
hal tersebut mendapat dukungan dari Alkitab. Ketiga, berupa kesimpulan yang berisikan pandangan akhir dari
penulis. Penulis berharap melalui tulisan ini, para pembaca dapat melihat nilai-nilai
Tabernakel yang sangat penting di dalam hidup orang percaya.
KITAB KELUARAN DALAM
TIPOLOGI TABERNAKEL BAGI HIDUP ORANG PERCAYA
Narthex : Ruang Pratama atau Pelataran
Ketika melewati pintu gerbang maka akan
terlihat dua alat di halaman luar ini, yaitu: Mezbah Korban Bakaran dan Bejana
Pembasuhan. Mezbah Korban Bakaran terletak tepat di depan sebelah dalam Pintu
Gerbang. Di sanalah hewan korban dipersembahkan dan dibakar. Hal ini tidak
dapat hanya sekedar melewatinya saja. Ketika mencari hadirat Tuhan, maka harus
berhenti di Mezbah ini untuk mempersembahkan korban yang tepat.
Mezbah Korban
Bakaran mewakili salib Kristus[3], langsung berada di dalam Pintu Gerbang keselamatan. Ini menggambarkan
komitmen orang percaya untuk menjadikan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat
dalam kehidupan kita dan juga persembahan hidup kita setiap hari sebagai korban
yang hidup, kudus dan berkenan di hadapan Allah (Roma 12:1-2). Sama seperti Ia memberikan diri-Nya sebagai korban
penebus dosa bagi kita, Yesus sekarang minta kita mempersembahkan hidup kita
kepada-Nya. Paulus berkata, "Aku telah disalibkan bersama Kristus (Galatia 2:20). Bagian ini adalah lambang zaman Perjanjian Lama.
Artinya seseorang dari dunia luar yang tidak mengenal Wahyu Allah secara khusus
dan benar, mulai dapat mengenal Allah secara benar melalui Wahyu Allah yang ada
didalam Perjanjian Lama.[4]
Jadi sebelum Kristus datang, Perjanjian Lama ini yang datang lebih dahulu
sebagai persiapan. Di Ruang Pratama ini terdapat terdapat banyak lilin yang
menyala, yang meneladani penggunaan kandil-kandil dari Kemah Suci. Umat
Orthodox menyalakan lilin-lilin disana. Disamping lilin digunakan untuk
lampu-lampu tugur, yang biasanya terbuat dari gelas berwarna-warni, juga ada
lampu-lampu kandil yang dinyalakan oleh minyak zaitun. Ini adalah kesinambungan
dengan lampu-lampu kandil dari Bait Allah/Kemah Suci. Dan biasanya lampu ini
digantung di depan ikon-ikon di kiri-kanan Gereja.
Pembakaran lilin dan
lampu-lampu minyak (kandil) di depan Ikon adalah kelanjutan dari praktek
pembakaran kandil-kandil dari “Menorah” (Kaki Dian Dari Emas) dalam Ibadah
Perjanjian Lama (Keluaran 25: 31-40). Dan Kristus yang menampakkan diri itupun
berada ditengah-tengah Kaki Dian Emas ini ( Wahyu 1:12-13), dan dihadapan
Takhta Allah di sorgapun ada Obor-Obor sebagai manifestasi dari kehadiran Tujuh
Roh Allah ( Tujuh Manifestasi Energi Ilahi) ( Wahyu 4:5). Karena dalam Ibadah
Perjanjian Lama Kandil itu dipasang di depan Gambar atau Patung Kerub, dan
Kandil itu ditengah-tengahnya ada Kristus yang dimuliakan, an obor-obor itu
tepat di depan Takhta Allah, maka taat pada perlambangan Kitab Suci ini Gereja
Orthodox menaruh lilin dan menyalakannya, sebagai lambang kandil dan obor
sorgawi, ditempatkan di depan Ikon, sebagaimana yang terjadi dalam Kemah Suci,
dan Penampakan Kristus, serta Takhta Sorgawi itu. Ini adalah lambang bahwa
Kristus adalah “Terang Dunia” (Yohanes 8:12, 1:9), bahwa kita rela dilepaslkan
dari gelap ke dalam terang ( Kolose 1:13), serta kita memohon hati kita untuk
diterangi oleh Terang dari Roh Kudus agar mengerti kebenaran Sabda Ilahi ( II
Kor. 4:6). Jadi lilin dan kandil itu berfungsi sebagai lambang doa. Jadi memang
berbeda dengan unsur api yang digunakan juga dalam Agama Hindu atau agama-agama
non-Kristen lainnya, dimana api memang merupakan persembahan kepada Dewa.
Nave : Ruang Bahtera
Bagian kedua ini adalah
tempat umat melakukan ibadah-ibadahnya. Dalam Ruangan Bahtera, lambang zaman
Perjanjian Baru itu sendiri, ini terdapat langit-langit yang selalu memiliki
satu kubah besar seperti dalam masjid.[5]
Ini adalah simbol theologis yang menggambarkan sesuatu yang merangkul dan
merangkum, dengan puncaknya yang bulat dan membesar, akhirnya kebawah membulat
lagi. Ini melambangkan bahwa keselamatan itu bukan dari manusia, tetapi
semata-mata dari Allah yang rela datang untuk merangkul, memeluk dan merangkum
manusia berdosa.[6]
Keselamatan itu bukan usaha manusia pribadi, namun kasih karunia Allah dalam
Yesus Kristus Oleh karena itu gambar yang ada di bagian dalam kubah yang
menaungi umat yang ada dibawahnya adalah Kristus sebagai Yang Maha Kuasa
(Pantokrator), lambang dari kerelaan yang Mahatinggi melalui Penjelmaan
FirmanNya itu untuk datang melingkari manusia, merangkul manusia. Karena
didalam penjelmaan Yesus Kristus itu Allah yang mencari manusia, maka puncak
atap bangunan Gereja bukanlah suatu struktur yang mencuat keatas, seperti suatu
tugu atau seperti bangunan yang memanjang keatas, karena itu melambangkan usaha
manusia untuk mencari Allah, namun kubah yang bulat merangkul ini. Jadi kubah
ini adalah lambang yang paling tepat dari keberadaan Allah Yang Mahatinggi yang
melalui FirmanNya yang menjelma itu yang telah turun untuk menaungi, melindungi,
merangkul dan mengambil manusia didalam diriNya sendiri.
Dengan di langit-langit
dari kubah bagian dalam ini terdapat Ikon Kristus yang sangat besar, yaitu Ikon
Pantokrator tadi, yang dilihat dari bawah oleh yang sedang beribadah,
menunjukkan bahwa persekutuan orang percaya itu adalah persekutuan dengan
Kristus yang merangkul mereka dan manunggal dengan mereka, sebagai Kepala
Gereja.[7]
Karena Ruang Bahtera melambangkan zaman Perjanjian Baru, maka Ikon-ikon yang
ada disekitar temboknya adalah gambar-gambar dari peristiwa-peristiwa
Perjanjian Baru, mulai dari Kelahiran Kristus, bahkan kelahiran Maria yang
meskipun tidak dituliskan didalam Perjanjian Baru, itu digambarkan disana.
Namun itu tak hanya terbatas pada kisah dalam kitab Perjanjian Baru saja, tetapi
juga peristiwa yang terjadi didalam Gereja Perjanjian Baru, yaitu Gereja
Rasuliah Orthodox sejak zaman semula, mulai dari sejarah awal sampai dengan
konsili-konsili, kisah orang-orang kudus , dan semua saksi-saksi Kristus juga
digambarkan disana. Ini untuk mengingatkan bahwa umat Kristen itu tidak
sendirian, namun merupakan kesatuan yang utuh dengan Gereja sepanjang segala
abad.[8]
Disitulah orang-orang Kristen dipersatukan didalam penyembahan dengan orang
Kristen yang sudah mendahului mereka di zaman yang lalu, yang semuanya itu
akhirnya dipersatukan dengan Kristus yang ada di Sorga, yang ada diketinggian.
Dalam gedung Gereja itu digambarkan didalam kubah itu sendiri. Inilah
ekspresi-theologis kesatuan Gereja sebagai Tubuh Kristus itu secara lengkap.
Dunia yang dipenuhi
dengan kekudusan dari orang-orang kudus Kristus, dunia yang dipenuhi dengan
kehadiran Kristus, yaitu dunia yang baru dimana tidak ada lagi kesengsaraan dan
kematian, yang ada hanya kekekalan dan sukacita serta kebahagiaan. Hal ini
dibuat oleh gereja Sesuatu yang kita
harapkan secara eskatologis, secara simbolis-simbolis dinyatakan didalam
batasan gedung Gereja Orthodox, karena disitu simbol-sibol tentang masa
eskatologis, masa panunggalan antara seluruh umat manusia, Gereja sepanjang
segala abad dengan Kristus diwartakan secara simbolis. Kerajaan Allah yang
sedang dinanti-nanti itu sudah hadir didalam pengalaman orang percaya pada
waktu ia ikut ambil bagian didalam persekutuan umat percaya yang menyembah
Kristus didalam persekutuan darah dan tubuhnya dalam Perjamuan Kudus, di dalam
bangunan Gedung Gereja tadi.
Prinsip-prinsip Yang Dapat Dihasilkan Melalui TIPOLOGI TABERNAKEL
Yesus Adalah Tabernakel Yang
Sebenarnya
Ketika Allah memerintahkan Musa untuk
mendirikan Tabernakel, Dia memberi petunjuk, bahwa bangsa Israel harus membuat
tempat kudus bagi Allah menurut contoh Kemah yang ditunjukkan Tuhan di atas
gunung Sinai (Keluaran 25:8-9).
Kemah Suci dan pelayanan mereka dalam Kemah Suci adalah gambaran atau bayangan
dari apa yang ada di Sorga (Ibrani 8:5).
Yang di sorga adalah Allah, yang ingin membukakan diri, agar manusia mengenal
Dia dengan benar. Sebab itu, Allah memberikan kepada Musa suatu Tabernakel di
gunung Sinai. Hal ini menunjukan pola yang diberikan adalah gambaran Pribadi
dan rencanaNya yang besar, agar manusia yang telah jatuh, dan tidak lagi
sempurna seperti awal mula diciptakan, dapat dipulihkan dan diselamatkan.[9] Mengapa demikian? Pola
Tabernakel yang diberikan kepada Musa, dikala manusia hidup dalam keadaan
berdosa. Tuhan ingin memberikan contoh, atau bayangan akan rencanaNya, dan
rencana ini terkait dengan keselamatan manusia dan hubungannya dengan Dia.
Tuhan rindu agar keintiman persekutuan di taman Eden itu dipulihkan.
Jalan untuk masuk kembali ke dalam
keselamatan adalah hanya melalui satu-satunya jalan, yaitu Tuhan Yesus Kristus
(Yohanes 14:6). Berarti
Tabernakel atau pola yang diberikan dalam bentuk Tabernakel adalah gambaran
bagaimana manusia diselamatkan dan panduan bagi manusia yang telah diselamatkan
untuk bersekutu senantiasa dengan Tuhan (ibadah yang sejati).[10] Karena Tabernakel adalah
bayangan jalan keselamatan dan hidup sempurna dalam hadirat Tuhan. Bayangan ini
menunjuk kepada Yesus Kristus, Firman (yang adalah Allah) dalam tubuh daging (Yohanes 1:14). Dari sini kita melihat,
bahwa Allah di dalam wujud Yesus Kristus berdia (bertabernakel) ditengah-tengah
kita. Yesus berkata tentang tubuh jasmaniNya, sebagai berikut: “Rombak Bait
Allah ini, … Tetapi yang dimaksudkanNya dengan Bait Allah adalah tubuhNya
sendiri.” (Yohanes 2:19-21).
Penggunaan kata dalam Yohanes 1:14 (“diam”) dapat dibandingkan
dengan penggunaan kata dalam Yohanes
2:19-21 (“Bait”). Menurut Strong’s Concordance[11] dari
konkordansi tersebut terlihat makna kedua kata tersebut sama, yaitu: Membentangkan
tenda atau berkemah; Berdiam (seperti yang Allah lakukan dalam Tabernakel
Perjanjian Lama); Secara kiasan, menggambarkan tubuh manusia (sebagai tempat
tinggal roh); Dengan demikian hal ini cukup jelas kaitannya antara Tabernakel
Musa, Keselamatan, Tuhan Yesus Kristus, tubuh Yesus sebagai Bait Allah.
Orang Percaya (individu maupun Gereja) adalah Tabernakel Allah
Alkitab dengan gamblang memberitahukan keterkaitannya
orang percaya dengan Tabernakel ini bahwa tubuh orang percaya dan Gereja adalah
juga tabernakel Allah. Hal ini dapat dilihat dalam beberapa ayat yakni 1 Korintus 3:16-17 “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait
Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?” Jika ada orang yang
membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah
kudus dan bait Allah itu ialah kamu (orang percaya). Dalam 1 Korintus 6:17,19 juga mengatakan “Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada
Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia. Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu
adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari
Allah, --dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?” Apakah hubungan bait
Allah dengan berhala? Karena tubuh orang
percaya dalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: “Aku akan
diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan
menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku” (2 Korintus 6:6).
Hal ini kembali terbukti bahwa manusia adalah
Tabernakel atau Bait Allah yang kudus, dan Roh Kudus berdiam di dalamnya. Kalau
manusia adalah Tabernakel Allah di zaman sekarang dan yang akan datang, berarti
ini adalah bukti bahwa Tabernakel Musa sudah digenapi di dalam diri orang
percaya, baik sebagai individu, maupun sebagai Gereja. Dengan demikian telah
diketahui bahwa Tabernakel Musa terkait dengan Keselamatan (Yesus) dan Gereja,
yaitu orang-orang percaya.[12]
Inilah dasar utama pembangunan Tabernakel yang diberikan kepada Musa, yaitu
memberi gambaran akan rencana Allah dalam menyelamatkan umat manusia, dan
seterusnya membentuk gereja sebagai suatu tempat tinggal Allah, dan akhirnya
Allah akan senantiasa bersama dengan orang percaya.
Pembangunan Tubuh Kristus
Dalam hal ini Gereja juga digambarkan sebagai tubuh
Kristus,[13]
terdiri dari banyak anggota namun satu tubuh. Tabernakel adalah suatu bentuk
bangunan, demikian juga Gereja adalah bangunan rohani, yang dibangun dari
batu-batu yang hidup, “bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan
persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah (1 Petrus 2:5). Namun, agar bangunan
rohani ini dapat terbentuk, tentu melalui suatu proses pembangunan, seperti
juga yang dicontohkan dalam pembangunan Tabernakel. Rasul Paulus menuliskan
dalam Efesus 2:14-22 yang
berbunyi Karena oleh Dia kita kedua pihak
dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa. Demikianlah kamu bukan lagi
orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota
keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan
Kristus Yesus sebagai batu penjuru. Di
dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang
kudus, di dalam Tuhan. Di dalam Dia
kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh.[14]
Menarik untuk disimak adalah kata-kata kunci oleh Dia, di dalam Dia, dalam satu Roh, dibangun di
atas dasar para rasul dan para nabi, menjadi bait Allah yang kudus, tempat
kediaman Allah, dalam Roh, Kristus Yesus sebagai batu penjuru. Ini membuktikan
bahwa di dalam membangun rumah Allah yang rohani selalu berpusatkan
Yesus Kristus.[15] Dan,
didasari oleh pengajaran yang telah diberikan melalui para rasul dan para nabi
(tertulis dalam Alkitab), yang disampaikan dalam satu kesatuan Roh. Inilah yang
akan kita lihat dalam pengajaran Tabernakel, apakah benar dalam pembangunannya,
senantiasa berpusatkan Allah dan didasari perintah dan ketetapan Allah.
Orang Percaya Adalah Kawan Sekerja Allah
Orang Percaya Adalah Kawan Sekerja Allah
Disamping digambarkan sebagai Bait Allah, batu-batu
yang hidup, orang-orang yang dipanggil juga disebut: “…kawan sekerja Allah;
kamu adalah lading Allah, bangunan Allah.” (1 Korintus 3:9). Disini dapat dilihat pernyataan rasul Paulus
bahwa dia (rasul) dan pembantu-pembantunya adalah kawan sekerja Allah,
sedangkan Jemaat adalah lading atau bangunan Allah. Jika diteliti maka ditemukan
hal yang sama dalam pembangunan Tabernakel, ada tukang-tukang yang ahli, yang
memegang peran penting dalam pembangunan Tabernakel Musa (Bezaliel dan
Aholiab).[16]
Di samping itu banyak di antara bangsa Israel yang
terpilih membantu Bezaliel dan Aholiab. Dengan demikian jika dibandingkan
antara Bezaliel dengan Yesus (Keluaran
31:2; Wahyu 5:5; Keluaran 31:3; Lukas 4:18; Keluaran 31:3; Yohanes 3:34-35),
dan antara Aholiab dengan Roh Kudus (Keluaran 31:6; Yohanes 16:8-11; Efesus
2:20-22; Yohanes 14:26; 15:26; Keluaran 31:6; Kisah para Rasul 10:38; Keluaran
31:6; Yohanes 14:26; 16:13-15), maka akan didapatkan kesamaan, baik dari
asal suku, arti nama, anak siapa, diurapi Roh Kudus, dilengkapi karunia-karunia
Roh, dan sebagainya. Ini memberi pengertian, bahwa bila tukang-tukang yang
membangun Tabernakel harus mendapat perlengkapan dari Allah dan Roh Kudus,
demikian pula orang-orang percaya, hamba Tuhan, rekan sekerja Allah, harus
dilengkapi dengan sifat-sifat Yesus dan kuasa Roh Kudus, supaya dapat dipakai
membangun Rumah Allah yang rohani.[17]
Dengan demikian Tabernakel merupakan pola rencana
Allah yang sangat besar bagi manusia dan hubungannya dengan Allah. Dengan konteks
pemikiran seperti inilah Tabernakel ini dipelajari, yaitu mempelajarinya dalam
kaitan dengan pemahaman rencana Allah bagi hidup orang-orang percaya. Pola ini
sudah dan sedang dilaksanakan pembangunannya menuju kepada kesempurnaan, dalam
Tuhan Yesus Kristus.
KESIMPULAN
Tabernakel adalah sebuah bukti sekaligus tanda kasih
Tuhan kepada umatNya Israel bahwa Tuhan selalu menyertai mereka. Tabernakel ini
menyatakan maksud Allah yang hendak bersekutu dengan umatNya (Kel. 25:8) yakni
untuk mengampuni dosa-dosa mereka melalui korban-korban (Imamat 4&5),
menyatakan kemuliaanNya (Keluaran 40:34-38), Memimpin perjalanan hidup mereka
(Bilangan 9:15-23). Tabernakel juga menggambarkan kehidupan Kristus dan
karyaNya yang melalui itu manusia dapat bersekutu dengan Allah (Yoh 14:6;
Ibrani 4:14-16; 7:25). Dengan Tabernakel Allah telah memaparkan rencana Allah
bagi Gereja (Ef 2:19-22).
Persekutuan Allah dengan manusia terbukti dengan Allah
menciptakan manusia sesuai dengan gambarNya (Kej 1:26-27) dengan tujuan agar
manusia dapat bersekutu dengan Dia. Adapun usaha-usaha Allah bersekutu dengan
manusia dapat dibagi menjadi tiga: Pertama,
Pada masa lalu di taman Eden (Kej 3:8), setelah manusia jatuh dalam dosa.
Dalam Tabernakel (Kel 25:8, 22), Kaabah Solaiman (1 Raja2 8:11), Kaabah
Zerubbabil (Ezra 6:15-16), Kaabah Herodes pada jaman Tuhan Yesus yang kemudian
dihancurkan oleh Titus. Kedua: Masa
kini yakni dalam Kristus, Allah menjamin hubungan dengan manusia (Yoh. 1:14;
2:19-21; Mat 1:23), Dan melalui Roh Kudus di dalam diri orang-orang percaya (1
Kor 3:16; kol 1:27). Ketiga: Masa
yang akan datang, yakni Kaabah Yehezkiel dalam kerajaan 1000 tahun nanti dan
Yerusalem baru (2 Kor 5:1: Wahyu 21:1-3) yakni persekutuan dengan Allah secara
kekal.
Dan pada akhirnya
Tabernakel itu sendiri adalah Yesus Kristus. Karena Tabernakel adalah bayangan jalan
keselamatan dan hidup sempurna dalam hadirat Tuhan. Bayangan ini menunjuk
kepada Yesus Kristus, Firman (yang adalah Allah) dalam tubuh daging (Yohanes 1:14). Tabernakel itu juga
adalah pribadi orang-orang percaya Karena tubuh
orang percaya dalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: “Aku
akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku
akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku” (2 Korintus 6:6). Demikian saling bersinergy (bekerja sama) yakni menjadi kawan kerja
Allah.
BIBLIOGRAFI
Boediprayitno,
Pilipus. Diktat Telaah Tabernakel 1.
2011.
BS,
Jusuf. Kemah Suci: Pelajaran Alkitab Dalam Keluaran 25-40 ed.3. Yogyakarta: Yayasan Gloria.
1993.
Byantoro, Daniel.
Icon-icon Kudus. Gereja Orthodox Indonesia. 2012.
Smith,
JI. Delham. Thought On The Tabernacle.
Chicago: InterPress. 1993.
Soetopo, Gerson. Kitab Keluaran Dalam Tipologi Tabernakel. 2004.
[1] Jusuf BS, Kemah Suci:
Pelajaran Alkitab Dalam Keluaran 25-40 ed.3 (Yogyakarta: Yayasan Gloria, 1993). 11.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bijak sesuai dengan topik yang dibahas..