Paper EXEGESIS MATIUS 26:14-16

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

MENEMUKAN SANG PENYEMBUH BATIN

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Eka Nur Cahyani

 

TEO619342

 

Desember 2019

 

 

 

Pendahuluan

 

Banyak orang Kristen beranggapan jika dirinya telah dibaptis, dan aktif dalam kegiatan keagamawian maka dia telah menjadi manusia rohani. Bukan semua orang yang secara lahiriah dekat dengan Kristus itu pasti hatinya dan batinnya sudah murni, banyak yang masih dikotori oleh ketamakan dan cinta akan uang sehingga rela mengorbankan apa yang suci dan mengkhianati kebenaran hanya demi mencapai tujuan-tujuan materi, bendawi. Sebaliknya orang yang kelihatan jauh dari Tuhan dianggap pendosa, manusia terbuang dan manusia pinggiran justru memiliki hati yang tulus, murni, dan cinta yang mendalam akan Kristus. Yudas adalah contoh manusia yang batinnya masih berpenyakit meskipun kelihatan dekat dengan Sang Penyembuh Batin, namun Wanita Tuna Susila adalah contoh manusia yang menerima kesembuhan batin dan kodrat kemanusiaannya karena ia telah rela memberikan apa yang paling berharga demi Tuhan. Ia telah dibangkitkan dari kematian rohnya untuk mengalami kehidupan baru di dalam Kristus.

Dalam paper ini penulis akan memaparkan hasil eksegesis dalam Matius 26:14-16 yang kemudian mengkaitkannya dalam kekinian sehingga diri kita sendiri mampu menemukan sang penyembuh batin tersebut.


Historical

Teks: Matius 26:14-16

 14  Τότε πορευθεὶς εἷς τῶν δώδεκα, ὁ λεγόμενος Ἰούδας Ἰσκαριώτης, πρὸς τοὺς ἀρχιερεῖς, 15  εἶπεν, Τί θέλετέ μοι δοῦναι, κἀγὼ ὑμῖν παραδώσω αὐτόν; Οἱ δὲ ἔστησαν αὐτῷ τριάκοντα ἀργύρια. 16  Καὶ ἀπὸ τότε ἐζήτει εὐκαιρίαν ἵνα αὐτὸν παραδῷ. (Matt. 26:14-16 BYZ)

 

  14 Then one of the twelve, called Judas Iscariot, went to the chief priests 15 and said, "What are you willing to give me if I deliver Him to you?" And they counted out to him thirty pieces of silver. 16 So from that time he sought opportunity to betray Him. (Matt. 26:14-16 NKJ)

 

Syntatic Form


 

Nominative Subject    εἷς τῶν δώδεκα, ὁ λεγόμενος Ἰούδας Ἰσκαριώτης

Nominative Predicate πορευθεὶς πρὸς τοὺς ἀρχιερεῖς, εἶπεν, Τί θέλετέ μοι δοῦναι, κἀγὼ ὑμῖν παραδώσω αὐτόν; Οἱ δὲ ἔστησαν αὐτῷ τριάκοντα ἀργύρια.

 

 

Terjemahan Literal

14 Kemudian salah satu dari dua belas, yang disebut Yudas Iskariot, pergi kepada Imam Besar, 15 Dan berkata kepada mereka, "Apa yang akan kamu berikan kepadaku, dan aku akan menyerahkannya kepadamu?" Dan mereka mengikat perjanjian dengan dia untuk tiga puluh keping perak. 16 Dan sejak saat itu ia mencari peluang untuk mengkhianatinya.

 

 

Syntactic Points

1.      Seorang dari kedua belas, yang bernama Yudas Iskariot,

2.      Ia pergi kepada imam-imam kepala.

3.      Ia berkata kepada mereka, "Apakah yang akan kalian berikan kepadaku kalau aku menyerahkan Yesus kepadamu?"

4.      Maka mereka menghitung tiga puluh uang perak, lalu memberikan uang itu kepadanya.

5.      Mulai dari waktu itu Yudas mencari kesempatan

 

 

Theoria

Semantic content

1.      Seorang dari kedua belas, yang bernama Yudas Iskariot

Kata εἷς τῶν δώδεκα yang artinya one of the twelve (salah satu dari dua belas) adalah sebagai nominative subject yang menjelaskan seorang yang bernama Yudas Iskariot. Ἰούδας (Yudas) adalah nama orang yang ada di Perjanjian Baru. Ada delapan orang bernama Yudas yaitu Yehuda, anak Yakub, nenek moyang orang Yahudi (Mat. 1:2). Suku Yehuda (Ibr. 7:14), wilayah suku Yehuda (Mat 2:6). 2) Yehuda (Luk. 3:30). Yudas, seorang Galilea (Kis. 5:37), Yudas dari Tarsus (Kis. 9:11). Yudas, salah seorang rasul (Luk. 6:16). Yudas Iskariot, rasul yang mengkhianati Tuhan Yesus (Mat. 10:4). Yudas yang disebut Barsabas (Kis 15:22). Dan Yudas, saudara Tuhan Yesus (Mat. 13:55).[1] Kemudian kata Ἰσκαριώτης (Iskariot) adalah

nama keluarga dua orang, pertama adalah Simon, ayah rasul Yudas yang mengkhianati Tuhan Yesus (Yoh 13:2; 6:71), kedua Yudas, rasul yang mengkhianati Tuhan Yesus. Nama ini mungkin berarti dari Kerioth yang terletak di bagian selatan Yudea.[2]

            Di dalam Injil Markus diceritakan mengenai pemanggilan murid yang pertama

terjadi pada waktu Yesus berjalan menyusuri danau Galilea (Mrk. 1:16-20, Mat. 4:18-22,

Luk. 5:1-11). Kemudian Yesus memanggil dua belas rasul untuk diutus memberitakan Injil

(Mrk. 3:13-19. Mat. 10:1-4, Luk. 6:12-16). Di mana, Yudas Iskariot juga ikut dipanggil

dengan keterangan, yang mengkhianati Dia (Mrk.3:19, bnd. Mat. 10:4, Luk 6:16). Yudas Iskariot, salah seorang dari murid Yesus mengkritik Maria yang mengurapi Yesus di Betania. Yudas berkata: mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?" (Yoh.12:5). Yudas Iskariot disebut sebagai seorang pencuri karena sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya (Yoh. 12:6b). Berarti Yudas Iskariot dipercaya sebagai bendahara di antara dua belas rasul. Ia juga bertugas membagi-bagikan uang untuk orang-orang miskin. Secara positif memperlihatkan bahwa pada waktu itu ia dapat diandalkan dan bahwa ia cakap atau berpendidikan. Matius tidak mendapat tugas ini padahal dia sudah berpengalaman dalam hal keuangan dan angka. Tetapi Yudas yang diberi kepercayaan untuk mengurus uang milik bersama, yaitu kepunyaan Yesus dan ke-12 rasul (Yoh. 12:6; Mat. 10:3).

Mengamati kehidupan Yudas sangat diperlukan, sebab Yudas merupakan kunci penting dalam memahami hal “pemilihan Allah”.[3] Chrys dalam Catena Aura "One of the twelve," as much as to say, of that first band who are elected for preeminent merit[4] Siapakah Yudas Iskariot itu sebenarnya? Yudas adalah salah satu dari dua belas murid Tuhan Yesus yang ditunjuk langsung oleh Tuhan Yesus (Mat. 10:4; Mrk. 3:19; Luk. 6:16).  Yesus memilih murid termasuk Yudas setelah melalui doa sepanjang malam (Luk.6:12-16). Dengan demikian dari banyak orang yang mengikut Yesus, ditetapkan dua belas orang menjadi murid. Kemudian disebut rasul, Jadi Yudas dipanggil dan dipilih menjadi murid tidak ada kaitannya dengan motivasinya mengikut Yesus. Yudas Iskariot sungguh dipanggil oleh Yesus dari banyak orang yang mengikut- Nya. Panggilan Yesus datang secara pribadi kepada Yudas bersama dengan murid-murid yang lain. Meskipun Yudas akhirnya memilih jalan menyerahkan Yesus kepada para imam. bahkan mati dengan menggantung diri. Panggilan yang sama datang kepada manusia secara pribadi. Dengan kehadiran Roh Kudus di dunia, maka setiap manusia mendapat kesempatan untuk merespon keselamatan yang datang. Respon yang datang dibarengi dengan persekutuan orang percaya. Dan menamakan diri gereja, bukan hanya sebagai institusi melainkan orang.

2.      Ia pergi kepada imam-imam kepala.

Hal ini menarik sebab Yudas dipanggil dan dipilih untuk menjadi murid. Hubungan guru dengan murid adalah ikatan yang sangat kuat pada abad pertama dan seorang murid adalah seorang pembelajar yang menaklukan diri pada gurunya. Oleh sebab itu, para murid akan berusaha dengan sungguh-sungguh memahami bagaimana guru mereka melakukan perintah-perintah Allah dan menjalani hidup sehari-hari. Ketika seorang murid telah mempelajari segala hal yang diketahui gurunya, dia akan pergi dan mengajar murid-muridnya sendiri.[5]  Namun hal ini tidak sesuai dengan harapan Yesus sebagai seorang guru yang mengetahui bahwa salah satu muridnya mengikutNya karena cinta uang. Hal ini merupakan sebuah motivasi yang mengambil kesempatan untuk mendapat keuntungan besar. Cintanya akan uang merupakan sebagian dari penyebab pengkhianatan itu (Mat. 26:14, 15).

Saat itu adalah sibuk-sibuknya semua orang sedang mempersiapkan Hari Raya Paskah yang akan terjadi pada hari Sabtunya. Pada pagi harinya Yesus diurapi dengan minyak Narwastu murni oleh seorang wanita tuna susila dirumah Simon si Kusta (Matius 26: 6-13; Markus 14:3), sementara itu sore harinya Yudas Iskariot mulai berunding dengan para pemimpin Yahudi untuk mengkhianati Yesus (Matius 26:14-15).

Adapun sebelum Yudas pergi kepada imam-imam kepala, keadaan pada saat itu adalah para imam dan ahli taurat sedang sibuk mencari waktu untuk bisa membunuh Yesus. Hal ini disebabkan karena kabar baik tentang Yesus yakni pengajaran dan mujizat yang Yesus lakukan sudah semakin meluas dan banyak orang yang takjub akan pengajaranNya dan percaya kepadaNya (Mat21:46; 22:33). Keadaan seperti itu yang membuat para imam kepala takut kalau akan muncul kekuatan besar yang akan menggantikan mereka.

Mengenai para imam-imam kepala, yakni ahli Taurat, maupun orang-orang Farisi, mereka adalah para pemimpin agama yang tentunya tahu banyak akan hukum Taurat dan mengetahui kebenaran akan datangnya mesias, namun mengapa justru mereka yang menjadi penghalang bagi banyak orang menuju sang penyelamat itu? Hal ini supaya genap apa yang dikatakan oleh nabi Yesaya mengenai para pemimpin agama ini dimana mereka tidak akan mengerti apa yang Yesus ajarkan bahwa mereka akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka (Mat 13:13). Mengetahui kondisi yang bertentangan ini yakni ketidakselarasan antara Yesus dan para pemimpin agama Yahudi pada saat itu, maka Yudas memakai kesempatan itu untuk menjual Yesus kepada pemimpin agama yang ingin menangkap Yesus dan memenuhi keinginannya yang cinta akan uang.

Siapa para imam-imam kepala disini yang terkadang kita menjual Yesus kepada mereka? Tentu para imam-imam kepala dimana Yudas pergi kepada mereka adalah gambaran dari Si Iblis yang mengetahui semua hukum taurat dan kebenaran itu yang menginginkan kita menjual yesus kepadanya dan dia rela membayar kita bagaimanapun caranya. Dan inilah yang terjadi sebenarnya pada masa kini seperti yang dikatakan oleh John Chrysostom dalam Catena Aurea mengatakan: "Then," when, that is, he heard that this Gospel should be preached every where; for that made him afraid, as it was indeed a mark of unspeakable power.[6] Ini menunjukkan bahwa  Injil adalah Yesus atau kabar baik itu sendiri. Para imam itu mendengar bahwa kabar baik Yesus Kristus semakin tersebar berarti pasti ada kekuatan yang akan mengalahkan mereka. Dan hal itu membuat iblis takut. Oleh karena itu mereka memakai Yudas murid Yesus sebagai alatnya. Ini menunjukkan kalau iblis itu tahu kekuatan Injil semakin besar maka dia selalu memakai orang yang dekat sebagai alatnya untuk menghalangi meluasnya Injil tersebut.

Ini yang menjadi pola dari kerja iblis yakni ia selalu memakai orang terdekatNya untuk menjadi alatnya (iblis). Contohnya adalah Yudas Iskariot yang adalah murid dan kepercayaan sebagai bendahara dalam organisasi kecil Yesus namun mengkhianatiNya, dan pada akhir zaman ini akan muncul satu orang sebagai antikristus dan antek-anteknya adalah nabi-nabi palsu, dan pengajar-pengajar sesat. Mereka semua berasal dari dalam kita namun yang telah murtad (1 Yoh 2:9; 1 Yoh 4:3). Mereka menentang ajaran Allah Tritunggal, menyangkal Yesus Adalah Kristus dan musuh daripada gerja-gerejanya (1 yoh 2:2; 1 Yoh 4:3). Dan mereka tidak mengakui bahwa Yesus adalah manusia (2 Yoh 1:7 Sebab banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia. Itu adalah si penyesat dan antikristus.

 

 

 

3.      Ia berkata kepada mereka, "Apakah yang akan kalian berikan kepadaku kalau aku menyerahkan Yesus kepadamu?"

Yudas pergi kepada imam-imam kepala dan berkata kepada mereka, "Apakah yang akan kalian berikan kepadaku kalau aku menyerahkan Yesus kepadamu?" Kata Τί θέλετέ μοι δοῦναι yang artinya "What are you willing to give”, θέλετέ (verb indicative present active second person plural from θέλω) mempunyai arti motive of desire wish, want, desire.[7] Raban dalam Catena Aurea yang mengatakan "Went," he says, because he was neither compelled, nor invited, but of his own free will formed the wicked design”.[8] Jadi Yudas pergi dan berkata kepada para imam itu atas kehendaknya dan keinginannya sendiri. Bapa gereja Leo lebih detail menjelaskannya:

He did not out of any fear forsake Christ, but through lust of money cast Him off; for in comparison of the love of money all our affections are feeble; the soul athirst for gain fears not to die for a very little; there is no trace of righteousness in that heart in which covetousness has once taken up its abode. The traitor Judas, intoxicated with this bane, in his thirst for lucre was so foolishly hardened, as to sell his Lord and Master.[9]

 

Iblis benar-benar memasuki diri Yudas dalam suatu kesempatan yakni: Iblis masuk ke dalam diri Yudas sebelum makan malam. Pengkhianatan Yudas berkaitan dengan pengaruh Iblis diceritakan dalam Lukas 22:3-4. Jadi iblis yang mempengaruhi pikiran dan perasaan yang timbul dalam hati manusia untuk melakukan yang kurang berkenan seperti yang dilakukan Yudas. Godaan Iblis merupakan langkah pertama proses terjadinya dosa[10] yang kemudian memprovokasi nous-nya sehingga timbul logismoi sarkikos (pikiran jahat) dan menghasilkan fronew sarkikos (pola pikir daging) pula sehingga yang muncul adalah keinginan daging/ nafsu (Epitumia) yang menyeret dan memikat kepada dosa ketamakan dalam diri Yudas.

"What are you willing to give me if I deliver Him to you?", ini adalah sebuah pola dari kerja iblis yang selalu melibatkan passion (keinginan daging) kita dalam upayanya untuk kita mengkhianati Yesus. Ini menjadi sebuah pertanyaan yakni apakah semua keinginan itu dosa? Matthew Henry mengatakan demikian:

“The foregoing commands implicitly forbid all desire of doing that which will be an injury to our neighbour; this forbids all inordinate desire of having that which will be a gratification to ourselves. ‘O that such a man’s house were mine! Such a man’s wife mine! Such a man’s estate mine!’ This is certainly the language of discontent at our own lot, and envy at our neighbour’s; and these are the sins principally forbidden here”.[11]

Ini menunjukan bahwa tidak semua keinginan merupakan dosa. Keinginan yang dilarang oleh hukum ini adalah keinginan yang didasari oleh iri hati, ketamakan, atau keinginan yang hanya ditujukan untuk pemuasan nafsu diri sendiri. Passion itu sebetulnya natural karena manusia terdiri dari daging dan pasti ada keinginan daging. Passion yang natural itu seperti keinginan makan, tidur, minum, takut, sedih. Passion yang natural baik jika digunakan dengan bijaksana untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan jiwa. Namun ini menjadi upnornal passion ketika passion itu hanya memenuhi apa yang menjadi keinginan tubuh.[12] Passion yang tidak natural adalah ketika kita tidak memikirkan apa yang menjadi kebutuhan jiwa/hidup kita hanya untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Ketika jiwa kita tidak diisi yaitu mencari Allah maka tubuhlah yang akan menguasai jiwa.[13] Seperti halnya Yudas yang memiliki keinginan untuk selalu berkecukupan dalam segala kebutuhannya bahkan keuangannya, namun hal itu menjadi dosa ketika keinginan untuk selalu berkecukupan itu berubah menjadi ketamakan dan keserakahan dan cinta uang. Dan Pengkhianatan Yudas adalah berasal dari keinginannya yaitu ketamakannya. Seperti para imam menawarkan kepada Yudas, demikian juga iblis bekerja dengan keinginan/kehendak kita. Iblis akan memberikan dan memenuhi semua keinginan kita, demikian juga jika kita mengkhianati Tuhan Yesus itu berasal dari keinginan dan kehendak kita sendiri.

Ini yang dimaksud dengan Perasmos (Godaan Si Iblis), dan iblis berhasil menawan Nous ini yang adalah sentral dari gelap terangnya tubuh kita seperti yang diajarkan oleh Kristus, “Matamu adalah pelita tubuhmu. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu, tetapi jika matamu jahat, gelaplah tubuhmu.” (Luk 11:34) Nous adalah mata batin atau mata rohani kita. "Nous" merujuk pada "mata batiniah" dari "jiwa/roh" yang melakukan pengendalian atas serbuan "Logismoi" (angan-angan/pikiran jahat) yang mengacaukan perhatian/keterpusatan perhatian/nepsis dan doa kita.[14] Sebab itu, mengapa penting menjaga, melatih, mengontrol, bahkan Rasul Paulus memakai istilah "captive" Nous itu ditawan atau ditangkap oleh pikiran Kristus. Tanpa berjaga-jaga yang seperti ini maka kita akan terus melakukan dosa.

 

4.      Maka mereka menghitung tiga puluh uang perak lalu memberikan uang itu kepadanya.

Dalam kidung-kidung untuk memperingati dua peristiwa yang kontras ini dijelaskan bagaimana wanita tuna susila sebagai pendosa yang jauh dari Tuhan karena cintanya akan Tuhan, rela membuang miliknya yang berharga untuk dipersembahkan kepada Tuhan bagi mengurapi Yesus, sehingga ia mendapatkan pengampunan dan keselamatan. Namun sebaliknya Yudas Iskariot yang menjadi murid Kristus, karena cintanya akan uang rela menjual gurunya sehingga ia kehilangan nyawanya sendiri. Seorang murid yang tidak menguduskan Tuhan di dalam hatinya sehingga ia tetap menjadi manusia sarkikos, yaitu mereka yang hidupnya ada pada level kedagingan yakni dikuasai nafsu dan dosa (empowered by the flesh, sin, and lust).[15] Mereka adalah orang percaya namun masih hidup di bawah dosa, yang masih hidup menurut nafsu dagingnya bukan dipimpin oleh Roh (Gal 5:16-21).

Yudas menjual gurunya dengan harga tiga puluh uang perak (ay. 15) merupakan suatu penghinaan sebab tiga puluh uang perak merupakan upah seorang pekerja dan harga pasaran jual beli budak  (Zakh 11:12; Kel 21:32), bahkan menjual dengan sebanyak keping yang Juruselamat telah habiskan bertahun-tahun di dunia.[16] Dengan demikian bukan semua orang yang secara lahiriah dekat dengan Kristus itu pasti hatinya dan batinnya sudah murni, banyak yang masih dikotori oleh ketamakan dan cinta akan uang sehingga rela mengorbankan apa yang suci dan mengkhianati kebenaran hanya demi mencapai tujuan-tujuan materi, bendawi, dan duniawi itu saja. Bapa gereja Jerome berkata:

The wretched Judas would fain replace, by the sale of his Master, that loss which he supposed he had incurred by the ointment. And he does not demand any fixed sum, lest his treachery should seem a gainful thing, but as though delivering up a worthless slave, he left it to those who bought, to determine how much they would give.[17]

 

Mengetahui bahwa Tuhan dijual seharga tiga puluh keping perak oleh Yudas, menunjukkan orang-orang Yahudi yang tidak benar, yang mengejar hal-hal duniawi, yang termasuk dalam panca indera jasmani, menolak untuk memiliki Kristus tetapi mereka memahami bahkan Hukum Taurat, mereka, seolah-olah, menstempel pada gambar perak dari dominasi duniawi yang mereka pegang ketika mereka meninggalkan Tuhan.[18] Hal ini juga yang dinubuatkan pada hari-hari terakhir dimana sebuah parodi yang dilakukan iblis akan digenapi yakni dengan membangkitkan antikristus datang dan menyesatkan mereka yang diam di bumi dengan tanda-tanda, dimana Kristus mendapat penghinaan dan seorang yang menjadi antikristus itu akan dihormati (Why. 13:14).

             

5.      Mulai dari waktu itu Yudas mencari kesempatan

Kata Καὶ ἀπὸ τότε (So from that time) mulai dari kesepakatan, Yudas terus menerus mencari waktu secara aktif untuk mengkhianati Yesus. Yaitu waktu itu setelah merancangkan segala rencana yakni setelah memikirkannya dengan matang, maka Yudas ἐζήτει (verb indicative imperfect active yang artinya sought opportunity) atau mencari kesempatan secara terus-menerus tanpa henti untuk mengaktualkan rencananya untuk παραδῷ (mengkhianati) Yesus.

Iblis menggunakan passion kita sebagai alat untuk mencobai kita. Hal ini ditegaskan oleh Yakobus yang mengatakan 14 Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. 15 Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut” (Yak 1:14-15). Yakobus sedang berbicara tentang keinginan. Keinginan tidak selalu merupakan dosa. Kalau kita mempunyai keinginan untuk mentaati Tuhan, melayani Tuhan, dan berusaha lebih baik (make it better) tentu sebuah keinginan yang baik. Namun ketika keinginan kita dikuasai oleh nafsu maka itu menjadi dosa.[19] Keinginan yang berdosa inilah yang dimaksudkan dengan Yakobus mengenai penco­baan yaitu Keinginan itu sendiri, sekalipun belum dilakukan (masih dalam kandungan) itu sudah merupakan dosa. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahir­kan dosa yang artinya dosanya menjadi nyata atau kelihatan (dosanya dikeluarkan dari kandungan).[20] Kemudian Yakobus melanjutkan bahwa apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut (Yak 1:15b). Dengan demikian yang dimaskud Yakobus adalah keinginan berdosa itu sudah merupakan dosa. Kalau keinginan itu dituruti, maka dosanya menjadi kelihatan. Kalau hal itu terus dilakukan, dan batas dosa yang ditentukan oleh Allah sudah tercapai, maka datanglah maut.

Yudas adalah contoh manusia yang batinnya masih berpenyakit meskipun kelihatan dekat dengan Sang Penyembuh Batin, namun Wanita Tuna Susila adalah contoh manusia yang menerima kesembuhan batin dan kodrat kemanusiaannya karena ia telah rela memberikan apa yang paling berharga demi Tuhan. Ia telah dibangkitkan dari kematian rohnya untuk mengalami kehidupan baru di dalam Kristus. Seorang pendeta Rumania dalam Philokalia menuliskan:

Materialism has created an immense spiritual vacuum. As long as the scientific world was shielded with a conviction of absolute knowledge, the emptiness was not felt. But in moments of tragedy when science could no longer give a confident answer, the emptiness was felt. Man’s soul can never be satisfied with purely material and cultural goods. Man thirsts for a spiritual world and cannot be satisfied with less than a living contact with that spiritual world.[21]

Jiwa manusia yang tidak pernah puas dan yang selalu terus mencari kepenuhan. Materialistik merupakan dosa dari aspek keinginan yang mengakibatkan kerakusan, keserakahan, kemabukan, ketidaksucian, perzinaan, kenajisan, ketidaksopanan, kecintaan pada hal-hal materi, dan keinginan akan kemuliaan kosong, emas, kekayaan dan kesenangan daging. Hati Yudas berada pada materialistik sehingga Yudas memanfaatkan waktu sepenuhnya untuk menyerahkan Yesus. Ini yang menjadi pertanyaan bagi kita, apakah kita memanfaatkan waktu Tuhan atau untuk iblis? Ketika mata jiwa yaitu nous atau intelek telah digelapkan maka jiwa didominasi oleh semua nafsu lainnya.[22] Karena itu hal yang bisa dilakukan adalah melakukan nepsis dan askesis melalui puasa, pengendalian diri, kesukaran, persembahan harta milik kepada orang miskin, keinginan untuk berkat-berkat yang bernilai kekal, merindukan kerajaan Allah.

 

 

Konsep Teologis

 

Ide Utama                   : Menemukan Sang Penyembuh Batin

Ide pendukung             :  1. Menjadi murid yang sejati

2. Memilih untuk memiliki sumber (Yesus)

3. Memberikan waktu sepenuhnya untuk Tuhan

 

 

Ringkasan

 

Dalam artikel ini menjelaskan bahwa setiap manusia memiliki penyakit jiwa. Oleh karena itu kita perlu tabib yang dapat menyembuhkan luka-luka jiwa. Karena itu tugas kita adalah menemukan sang penyembuh batin itu. Adapun syarat untuk menemukan sang penyembuh batin adalah pertama, Menjadi murid sejati. Menjadi murid sejati maksudnya adalah merespon panggilan Allah untuk masuk dalam pemuridan bersama-Nya.  Sebagai suatu panggilan dari Kristus,  pemuridan bukanlah suatu pilihan melainkan suatu keharusan bagi orang-orang yang telah menerima anugerah keselamatan.  Pemuridan dan anugerah kesalamatan dalam Kristus merupakan dua hal yang saling berhubungan erat dan tidak terpisahkan. Kedua, Memilih untuk memiliki sumber. Maksudnya adalah rela membuang milik kita di dunia ini yang berharga untuk dipersembahkan kepada Tuhan bagi mengurapi Yesus sehingga ia mendapatkan pengampunan dan keselamatan. Ketiga, Memberikan waktu sepenuhnya untuk Tuhan. Yaitu rela memberikan apa yang paling berharga demi Tuhan sebab Ia telah dibangkitkan dari kematian rohnya untuk mengalami kehidupan baru di dalam Kristus.

 

 

Aplikasi

Tuhan telah memilih dan menyelamatkan saya dan yang saya selalu ingat adalah “God never created and produced rubbish.” Allah tidak pernah menciptakan sampah, hanya manusia yang menciptakan sampah. Jikalau kita melihat ciptaan Allah, tidak ada yang menjadi sampah yang sia-sia. Lihat daun-daunan bukanlah sampah karena daun-daunan itu bisa dijadikan pupuk. Manusia saja yang merasa bahwa itu sampah. Tetapi manusia menciptakan banyak plastik yang pada akhirnya sampah yang sulit untuk kita buang. Jangankan untuk pupuk, busuk saja tidak bisa. Apapun yang manusia buat pada akhirnya menjadi sampah. Tetapi Allah tidak menciptakan jikalau akhirnya menjadi sampah.

Dalam penggalian teks ini saya benar-benar ditegur sebagai seorang Kristen untuk mengenali diri saya, dan saya menemukan ada 2 (dua) hal ekstrim dalam hidup saya yang berbahaya, Pertama menghina diri, membenci diri, menganggap diri tidak berguna dibandingkan dengan orang lain dan kedua terlalu mencintai diri yang pada akhirnya membuat saya sombong. Dua ekstrim ini sangat berbahaya yakni terlalu membenci diri dan terlalu mencintai diri adalah luka-luka batin saya. Kita adalah Yudas Iskariot itu, seorang yang tahu banyak tentang Allah, Kita adalah scholar yang sedang berusaha membuka pintu kebenaran dengan terus menggali tentangNya namun tanpa sadar seringkali kita mempermaikanNya dan menukarkanNya dengan 30 keping uang, kita ada di soteria, berada pada tempat yang berlimpah akan makanan rohani (pengajaran) kontrasnya jiwa kita kosong, Kita lebih memilih padang pasir dibanding padang rumput yang hijau. Menggali kisah Yudas Iskariot menyadarkan saya bahwa tidak ada hal yang lebih berharga selain daripada Dia darimana saya berasal dan kemana saya akan pergi. Karena itu ketaatan yang bisa saya lakukan adalah memberikan apa yang paling berharga bagi saya demi Tuhan baik itu waktu, daya, kepercayaan, pengharapan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLOGRAFY

 

 

Aquinas, Thomas. Catena Aurea (Golden Chain): The Gospel of Matthew. The Catholic

Primer. 2004.

Darmaputra, Eka. Sepuluh Perintah Allah – Museumkan Saja?. Gloria Graffa, Yogyakarta,

2005.

E H, Bendix. 'Componential analysis of general vocabulary: the semantic structure of a set of

verbs in English, Hindi, and Japanese' International Journal of American Linguistics 32/2. 1966.

George. Greek Orthodox Cathedral. Living the Orthodox Christian Life. Greenville. 2009. 

Henry, Mathew. The Bible Knowledge Commentary: New Testament edited by John F.

Walvoord, Roy B. Zuck, 1983.

Hull, Bill. Choose The Life terj. Paksi Ekanto Putra. Surabaya: Literatur Perkantas. 2012.

M. Coniaris, Anthony. Philokalia: The Bible of Orthodox Spirituality. Minneapolis: Light

and Life Publishing Company. 

Sutanto, Hasan. Perjanjian Baru Interlinier Yunani-Indonesia Dan Konkordansi Perjanjian

Baru. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia. 2002. 

Hendi. Formasi dan Latihan Rohani: Fondasi, Purifikasi, dan Deifikasi. Yogyakarta: Leutikaprio, 2019.

 

 



[1] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinier Yunani-Indonesia Dan Konkordansi Perjanjian Baru

(Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2002), 400.

[2] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinier, 402.

[3] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinier, 403.

[4] St. Thomas Aquinas, Catena Aurea (Golden Chain):  The Gospel of Matthew (The Catholic Primer, 2004), 535.

[5] Bill Hull, Choose The Life, terj. Paksi Ekanto Putra (Surabaya: Literatur Perkantas, 2012), 31.

[6] St. Thomas Aquinas, Catena Aurea, 535.

[7] Bendix E H 'Componential analysis of general vocabulary: the semantic structure of a set of verbs in English, Hindi, and Japanese' International Journal of American Linguistics 32/2,1966.

[8] St. Thomas Aquinas, Catena Aurea, 535.

[9] St. Thomas Aquinas, Catena Aurea, 536.

[10]  Anthony M. Coniaris, Philokalia: The Bible of Orthodox Spirituality (Minneapolis: Light and Life  Publishing Company), 117-118.

[11] Mathew Henry, The Bible Knowledge Commentary: New Testament edited by John F. Walvoord, Roy B. Zuck, 1983, 83-85.

[12] St. George Greek Orthodox Cathedral, Living the Orthodox Christian Life (Greenville, 2009), 136.

[13] St. George, Living the Orthodox Christian Life, 136.

[14] Hendi, Formasi dan Latihan Rohani: Fondasi, Purifikasi, dan Deifikasi (Yogyakarta: Leutikaprio, 2019), 203.

[15] Anthony M. Coniaris, Philokalia: The Bible of Orthodox Spirituality (Minneapolis: Light and Life Publishing Company), 40.

[16] Origen dalam Catena Aurea: The Gospel of Matthew, 536.

[17] St. Thomas Aquinas, Catena Aurea, 536.

[18] Henry, Mathew. Bible work 10, Matius 26.

[19] Eka Darmaputera, Sepuluh Perintah Allah: Museumkan saja? (Yogyakarta: Gloria Graffa, 2005), 47.

[20] Eka Darmaputera, Sepuluh, 49.

[21] Anthony, Philokalia 31.

[22] Hendi, Formasi Rohani, 208.


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak sesuai dengan topik yang dibahas..