Matius 25:1-13
Sikap Awas Mampu Mengantisipasi
Bencana
Yesus mengajarkan Kerajaan Surga
melalui perumpamaan. Yesus melanjutkan mengajar para
murid tentang pentingnya mereka terus siap sedia menantikan kedatangan-Nya
kembali. Memandang betapa Yesus menekankan tindakan berjaga-jaga, Ia jelas
menganggap hal ini amat penting. Beberapa penjelasan dari perumpamaan ini mengandung
unsur alegori[1]
yang cukup kental. Meskipun
dalam cerita ini
mengandung beberapa unsur alegori, tidak berarti cerita ini bukan suatu
perumpamaan, dan bukan pula Yesus tidak bermaksud agar beberapa detailnya tidak
dipahami secara alegori. Alegori luas dipakai, dan tidak ada alasan untuk
menganggap Yesus menolak pemakaian alegori. Tetapi kisah ini akan sangat jelas
jika dilihat sesuai dengan tujuannya, yaitu sebagai perumpamaan.
Teks
1 Τότε ὁμοιωθήσεται ἡ βασιλεία τῶν οὐρανῶν δέκα παρθένοις,
αἵτινες λαβοῦσαι τὰς λαμπάδας αὐτῶν ἐξῆλθον εἰς ἀπάντησιν τοῦ νυμφίου. 2 Πέντε δὲ ἦσαν ἐξ αὐτῶν φρόνιμοι, καὶ
αἱ πέντε μωραί. 3
Αἵτινες μωραί,
λαβοῦσαι τὰς λαμπάδας αὐτῶν, οὐκ ἔλαβον μεθ᾽ ἑαυτῶν ἔλαιον· 4 αἱ δὲ φρόνιμοι ἔλαβον ἔλαιον ἐν τοῖς
ἀγγείοις αὐτῶν μετὰ τῶν λαμπάδων αὐτῶν. 5 Χρονίζοντος δὲ τοῦ νυμφίου, ἐνύσταξαν πᾶσαι καὶ ἐκάθευδον. 6 Μέσης δὲ νυκτὸς κραυγὴ γέγονεν, Ἰδού, ὁ νυμφίος ἔρχεται, ἐξέρχεσθε εἰς ἀπάντησιν
αὐτοῦ. 7 Τότε ἠγέρθησαν πᾶσαι αἱ παρθένοι ἐκεῖναι, καὶ ἐκόσμησαν τὰς
λαμπάδας αὐτῶν. 8 Αἱ δὲ μωραὶ ταῖς φρονίμοις εἶπον, Δότε ἡμῖν ἐκ τοῦ ἐλαίου
ὑμῶν, ὅτι αἱ λαμπάδες ἡμῶν σβέννυνται. 9 Ἀπεκρίθησαν δὲ αἱ φρόνιμοι, λέγουσαι,
Μήποτε οὐκ ἀρκέσῃ ἡμῖν καὶ ὑμῖν· πορεύεσθε δὲ μᾶλλον πρὸς τοὺς πωλοῦντας καὶ ἀγοράσατε
ἑαυταῖς. 10 Ἀπερχομένων δὲ αὐτῶν ἀγοράσαι, ἦλθεν ὁ νυμφίος· καὶ αἱ ἕτοιμοι
εἰσῆλθον μετ᾽ αὐτοῦ εἰς τοὺς γάμους, καὶ ἐκλείσθη ἡ θύρα. 11 Ὕστερον δὲ ἔρχονται καὶ αἱ λοιπαὶ παρθένοι, λέγουσαι, Κύριε, κύριε, ἄνοιξον
ἡμῖν. 12 Ὁ δὲ ἀποκριθεὶς εἶπεν, Ἀμὴν λέγω ὑμῖν,
οὐκ οἶδα ὑμᾶς. 13 Γρηγορεῖτε οὖν, ὅτι οὐκ οἴδατε τὴν ἡμέραν
οὐδὲ τὴν ὥραν, ἐν ᾗ ὁ υἱὸς τοῦ ἀνθρώπου ἔρχεται. (BYZ)
Penelitian Naskah
Ayat 1. Sejumlah kecil manuskrip mencatat καὶ τῆς νύμφης [kai tès numfès] (D X Θ f1 dst.). Beberapa penafsir menerima keasliannya di atas dasar para gadis ini adalah pembantu mempelai
wanita, bukan mempelai pria. Kesulitannya, sementara akan ada para wanita yang menunggu
mempelai wanita dan pergi bersamanya ke rumah mempelai pria, tidak ada
informasi tentang para wanita yang akan pergi ke luar menjumpai kedua rumah
mempelai. Allen menyebut tafsiran ini “interpolasi yang natural tetapi tanpa pikir
panjang.”[2]
Terjemahan Literal
1 "Apabila Anak Manusia
datang sebagai Tuhan, keadaannya seperti dalam perumpamaan ini: Sepuluh gadis
pengiring pengantin masing-masing mengambil pelita, lalu pergi menyambut
pengantin laki-laki. 2 Lima orang dari mereka bodoh, dan lima yang
lainnya bijaksana. 3 Kelima gadis yang bodoh membawa pelita, tetapi
tidak membawa minyak persediaan. 4 Kelima gadis yang bijaksana
membawa pelita bersama-sama dengan minyak persediaan. 5 Pengantin
laki-laki itu datang terlambat, jadi gadis-gadis itu mulai mengantuk lalu
tertidur. 6 Tengah malam, barulah terdengar suara teriakan,
'Pengantin laki-laki datang! Mari sambut dia!' 7 Sepuluh gadis itu
bangun, dan memasang pelita mereka. 8 Gadis-gadis yang bodoh itu
berkata kepada yang bijaksana, 'Berikanlah minyakmu sedikit kepada kami, sebab
pelita kami sudah mau padam.' 9 'Tidak bisa!' jawab anak-anak gadis
yang bijaksana itu, 'sebab nanti kita semua tidak punya cukup minyak. Pergilah
beli di toko.' 10 Maka gadis-gadis yang bodoh itu pergi membeli
minyak. Sementara mereka pergi, tibalah pengantin laki-laki. Kelima gadis yang
sudah siap itu masuk bersama-sama dengan pengantin laki-laki ke tempat pesta,
dan pintu pun ditutup! 11 Kemudian gadis-gadis yang lainnya itu
tiba. Mereka berseru, 'Tuan, Tuan, bukakan pintu untuk kami.' 12
Tetapi pengantin laki-laki itu menjawab, 'Aku tidak mengenal kalian!'" 13
Lalu Yesus mengakhiri perumpamaan-Nya itu begini, "Oleh sebab itu
berjaga-jagalah, sebab kalian tidak tahu harinya ataupun jamnya."
Terjemahan Dinamis
1
Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil
pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. 2
Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. 3 Gadis-gadis
yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, 4
sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak
dalam buli-buli mereka. 5 Tetapi karena mempelai itu
lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur. 6 Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru:
Mempelai datang! Songsonglah dia! 7 Gadis-gadis itupun
bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka. 8
Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah
kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam. 9
Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak cukup
untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli
di situ. 10 Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi
untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk
bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup. 11 Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan
berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu! 12 Tetapi
ia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu. 13
Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan
saatnya."
Struktur
Perumpamaan
Perumpamaan
di atas dibagi menjadi dua bagian besar yaitu:
A. Pengajaran
Perumpamaan:
1. Pembukaan perumpamaan: Kerajaan
Surga sama seperti narasi perumpamaan.
B.
Narasi Perumpamaan:
1.
Sepuluh
gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki.
2.
Lima di antaranya
bodoh dan lima bijaksana.
3.
Gadis-gadis
yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak,
4.
Sedangkan
gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam
buli-buli mereka.
5.
Tetapi
karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua
lalu tertidur.
6.
Waktu tengah
malam terdengarlah suara orang berseru yang memberitahukan akan kedatangan
mempelai laki-laki dan merupakan tanda para gadis harus menyongsong.
7.
Gadis-gadis
itu pun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka.
8.
Gadis-gadis
yang bodoh meminta minyak kepada gadis-gadis bodoh karena minyak pada pelita
mereka hampir habis.
9.
Gadis-gadis
bijaksana tidak memberikan karena persediaan minyak mereka hanya cukup untuk
pelita mereka saja.
10. Gadis bijaksana mengusulkan kepada gadis-gadis bodoh
untuk membeli minyak.
11. Sementara gadis-gadis bodoh pergi membeli minyak,
mempelai laki-laki pun datang,
12. Gadis-gadis bijaksana yang memang telah siap diajak
masuk ke dalam rumah mempelai laki-laki kemudian pintu di tutup.
13.
Kemudian
datang juga gadis-gadis bodoh dan berdialog dengan mempelai laki-laki:
a.
Permintaan
dari gadis-gadis bodoh untuk membukakan pintu rumah yang tertutup.
b.
Mempelai
laki-laki tidak mau membukakan pintu karena ia tidak mengenal gadis-gadis
bodoh.
c.
Kemudian
mempelai laki-laki memperingatkan gadis-gadis bodoh untuk dapat berjaga-jaga,
sebab kapan dia datang tidak diketahui.
Survei Pustaka
Pada bagian ini,
penulis akan meninjau tulisan Leon Morris, Charles F. Preiffer, Mattew Pooles,
dan Matthew Henry sebagai perbandingan dengan tulisan penulis. Penulis akan
memberikan evaluasi pada bagian ringkasan. Perumpamaan
ini mengandung narasi yang sederhana. Namun, ada berbagai macam tafsiran yang
muncul di balik cerita ini. Ada yang memfokuskan pada kelalaian gadis bodoh
dalam persiapan (Mattew Pooles); perlunya persiapan dengan waspada bagi
kedatangan Kristus (Perieffer); karakter daripada kesepuluh gadis (Mattew Henry).
Menurut
Morris, fokus perumpamaan bukan terletak pada sikap yang dilakukan kesepuluh
gadis melainkan pada suatu kesiapan yang tidak bisa dibagi. Pada gadis-gadis
yang bodoh tidak membawa minyak dan tiba saatnya mendapat kesulitan karena obor
mereka hampir padam. Tetapi tidak perlu terlalu panik karena masih ada gadis
yang membawa minyak. Karena ini mereka meminta supaya gadis-gadis itu mau
berbagi minyak. Bagi para gadis yang ceroboh ini, usul ini tampak seperti
solusi yang jelas. Tetapi para gadis yang bijaksana ini menolak usul itu.
Pertama, tidak akan ada cukup minyak untuk menyertai prosesi itu jika minyak
yang ada harus dibagi-bagi. Akan sangat bodoh untuk mengambil tindakan yang
akan membuat semua gadis, yang bodoh maupun yang bijaksana, tidak bisa
mengikuti prosesi pernikahan. Sang mempelai harus disambut, jika semua obor
padam, maka prosesi itu akan menjadi bencana. Inilah yang menjadi puncak
daripada permasalahan itu. Hal ini yang terjadi pada akhir zaman, di mana
setiap kesiapan yang dimiliki gereja tidak cukup bila dibagi-bagikan. Mengenai
akhir zaman ini juga lebih dijelaskan oleh Matthew Henry yang mengatakan, “The parable of the wise and foolish virgins (25:1—13)
is an allegory of the parousia of Christ, the heavenly bridegroom: the virgins
represent the Christian community, the delay of the bridegroom is the delay of
the Son of Man's return, the sudden coming is the unexpected arrival of his
parousia, and the spurning of the foolish virgins is the great assize. The parable
teaches three lessons: (i) the bridegroom delays and comes at an unforeseen
time; this means yet again that no one knows the date of the Son of Man's
parousia; (2) the wise virgins, who stand for the faithful, reveal that
religious prudence will gain eschatological reward; (3) the foolish virgins, who
stand for unfaithful disciples, reveal that those unprepared at the end will
suffer eschatological punishment.” (878)
Hal ini juga dapat ditemukan dalam
referensi-refensi lainnya guna mendukung dan memperjelas perumpamaan yaitu
dalam: lihat Matthew Pooles,
Word Biblical Commentary Vol 3: Matthew- Revelation (Mclean: Virgina, 1985),
118-119. Lihat Charless F. Preiffer (Chicago, USA: Moody Bible Institute of
Chicago, 1962), 110-111. Lihat artikel John Barton dan John Muddiman (New York:
Oxford University Press, 2007), 878.
Berdasarkan analisis peristiwa sebagai pembawa pokok
ajaran, maka tema perumpamaan kesepuluh gadis melekat pada karakter kesepuluh
gadis tersebut. Karakter daripada gadis bijaksana adalah mereka memiliki sikap
awas dalam persiapan. Tindakannya untuk menyongsong mempelai pria terlihat
penuh dengan sukacita dan tanpa keraguan. Mereka memiliki banyak persiapan
minyak dalam bbuli-buli mereka yang penuh. Semua tindakan tersebut dilakukan
dengan sukacita. Dengan demikian penulis berpendapat bahwa pesan daripada
perumpamaan adalah sikap awas mampu mengantisipasi bencana.
Ringkasan
Beberapa
tafsiran melihat perumpamaan ini mengajarkan tentang kelalaian dan kesiapan
dalam menghadapi penghakiman eskatologis. Pendekatan mereka terfokus pada
kelalaian gadis bodoh yang tidak membawa minyak cadangan ke dalam buli-buli.
Menurut penulis, perumpamaan ini menekankan dua aspek eskatologis yaitu aspek
awal dan akhir. Aspek awal memberikan gambaran mengenai hal apa saja yang akan
dipersiapkan. Aspek persiapan ini tidak hanya menyelesaikan tugasnya, seperti
halnya gadis bijaksana yang telah mempersiapkannya dengan baik. Aspek awal ini
yang dimaksud adalah persiapan yang menuntut adanya suatu sikap awas atau
berjaga-jaga senantiasa. Sikap awas ini mengandung emosi yakni keantusiasan
atau bergairah dalam menyambut kedatangan Tuhan ke dua kali. Ini terlihat dari
kesepuluh gadis yang berantusias untuk mengikuti prosesi perjamuan tersebut,
hanya saja sebagian dari mereka tidak memiliki sikap awas ini yaitu
berjaga-jaga. Kemudian aspek akhir adalah hasil daripada aspek awal yaitu akhir
yang menakjubkan. Yang dimaksud adalah ketika persiapan dilakukan dengan baik,
maka akan menghasilkan sukacita. Jika melihat lima gadis bijaksana, mereka
bersukacita bersama dengan mempelai laki-laki di perjamuan perkawinan. Berbeda
dengan lima gadis bodoh yang mengalami sebuah masalah yang menyebabkan mereka
tidak dapat mengikuti perjamuan. Tentu ini adalah sebuah bencana bagi mereka.
Dari sinilah dapat dilihat penyesalan kelima gadis bodoh tersebut karena tidak
memiliki sikap awas ini. Oleh sebab sikap awas ini mampu mengantisipasi
bencana.
Analisis Perumpamaan
Tujuan menganalisis
narasi perumpamaan adalah mendapatkan tema atau pokok cerita perumpamaan.
Premis/tesis dalam studi perumpamaan ini adalah gabungan antara tokoh
(karakter) dan peristiwa (prolog (mulai cerita) – konflik (puncak/perumitan
cerita) – epilog (akhir cerita)) menghasilkan tema atau pokok cerita. Analisis
narasi ini akan dibagi dalam tiga tahap yaitu analisis peristiwa, tokoh dan
peristiwa dan tokoh.
Analisis
peristiwa
Di dalam narasi
perumpamaan, peristiwa berlangsung dari awal sampai akhir. Peristiwa awal
adalah persiapan sepuluh gadis yang membawa pelita untuk menyongsong kedatangan
mempelai laki-laki. Selanjutnya, peristiwa awal bergerak ke perumitan atau
puncak yaitu pelita kelima gadis-gadis bodoh dari antara sepuluh gadis
kehabisan minyak dan kelima gadis bodoh pergi membeli minyak padahal mempelai
laki-laki telah tiba. Dan peristiwa akhir adalah ketika gadis-gadis bodoh
tersebut kembali kemudian mengetok pintu rumah, mempelai laki-laki sudah tidak
mau membuka pintu. Peristiwa awal sampai akhir adalah peristiwa persiapan
menyambut, kedatangan dan dampak setelah kedatangan.
Analisi
tokoh
Di dalam narasi
perumpamaan terdapat dua belas tokoh yaitu sepuluh gadis yang terbagi atas dua
kelompok terdiri dari lima gadis bodoh dan lima gadis bijaksana, mempelai
laki-laki dan terakhir orang yang berseru. Yang dilakukan kesepuluh gadis
adalah mempersiapkan diri untuk menyongsong kedatangan sang memperlai
laki-laki, sedangkan yang dilakukan mempelai laki-laki adalah datang dan
mengikuti pesta pernikahannya dan yang terakhir orang yang tidak diketahui
siapa dia, melakukan tugas yang lumayan penting yaitu berseruh untuk
memberitahukan tentang kedatangan mempelai laki-laki. Tokoh utama disini adalah
kesepuluh gadis yang membawa pelita tersebut.
Analisis
peristiwa dan tokoh
Analisis ini
menggabungkan antara tokoh (karakter) dan peristiwa (prolog (mulai cerita) –
konflik (puncak/perumitan cerita) – epilog (akhir cerita)) sehingga
menghasilkan tema atau pokok cerita. Tema ceritanya adalah Sikap Awas Mampu Mengantisipasi Bencana, “sikap awas dalam
persiapan” merupakan karakter yang ditonjolkan di dalam narasi. “Mampu
mengantisipasi bencana” mengandung unsur peristiwa awal hingga akhir di dalam
narasi.
Konsep Teologis
Berdasarkan struktur
perumpamaan di atas, pengajaran perumpamaan terdiri atas pembukaan dan
penjelasan perumpamaan. Tema pengajaran perumpamaan adalah gabungan dari
pembukaan dan penjelasan perumpamaan. Pembukaan perumpamaan menunjukkan tema
pengajaran perumpamaan sama dengan tema narasi perumpamaan. Penjelasan
perumpamaan memberikan penjelasan tambahan terhadap tema pengajaran
perumpamaan. Jadi, tema pengajaran perumpamaan sama dengan tema narasi
perumpamaan ditambah dengan penjelasan perumpamaan. Tema pengajaran ini sekaligus menjadi tema perumpamaan. Tema pengajaran perumpamaan adalah sikap
awas mampu mengantisipasi bencana. Tuhan Yesus hendak menjelaskan kepada
murid-murid-Nya bahwa bagaimanapun kesiapan kita sebagai orang percaya jika
kita tidak awas dalam mempersiapkan kedatangan-Nya maka kita sulit menghadapi
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dalam hidup kita selagi menanti-nantikan
kedatangan Kristus, dengan demikian kita sebagai orang percaya seharusnya
memiliki sikap yang awas sehingga mampu mengantisipasi bencana. Penyongsongan
di dalam Matius identik dengan persiapan tentang Kerajaan Surga. Kata “songsong”
evxe,rcesqe
paling banyak muncul (2 kali) di dalam perumpamaan tentang gadis-gadis yang
bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh (Matius 25:1-13). Kata ini memberikan makna
wacana yakni usaha persiapan tentang Kerajaan Surga kepada orang lain sehingga
mereka dapat menyiapkan hal tersebut. Perumpamaan ini menekankan pada aspek
persiapan yang baik sehingga potensi Kerajaan Surga dapat dimasuki setelah
persiapan yang matang. Matius mengingatkan jemaatnya untuk dapat mempersiapkan
diri untuk Kerajaan Surga yang masih tidak jelas kapan tibanya karena dari
persiapan orang percaya dapat masuk ke dala Kerajaan Surga. Ini adalah kabar
yang baik dan sekaligus memotivasi para murid Yesus.
Disini penulis
menekankan kepada tiga hal yang merupakan sentral dari perumpamaan. Pertama:
kesepuluh gadis yang mempunyai dua macam karakter yaitu bodoh dan bijaksana,
kesepuluh gadis tersebut ditunjukan kepada orang percaya. Kedua: mempelai
laki-laki yang ditunjukan kepada Tuhan Yesus. Ketiga: minyak yang ditunjukan
kepada hal yang perlu dipersiapkan oleh orang percaya. Orang percaya sebenarnya
memiliki kesiapan yang sama dalam menyongsong kedatangan Tuhan Yesus yang kedua
kalinya, walaupun kedatangan Yesus tidak diketahui siapapun, malaikat-malaikat
tidak tahu, Yesus sendiripun tidak tahu hanya Bapa yang tahu kapan kedatangan
Yesus Kristus (Matius 24:36), akan tetapi walaupun orang
percaya tidak mengetahui pasti tentang hari kedatangan Yesus Kristus sama
halnya seperti kesepuluh gadis yang menunggu kedatangan mempelai laki-laki,
disini orang percaya dituntut untuk tidak terlalu merasa nyaman dengan hal-hal
yang dikerjakan sekarang ini sehingga tidak memiliki adanya antusia yaitu
sebuah sikap awas terhadap hal yang perlu dipersiapkan, sama halnya dengan lima
gadis bodoh yang tidak membawa minyak sebagai hal yang penting dan akhirnya
harus menerima jika pintu rumah mempelai laki-laki sudah ditutup dan mereka
tidak bisa masuk ke dalamnya. Tuhan menuntut orang percaya agar memiliki sikap
awas sehingga dapat mempersiapkan diri dan harus siap ketika Dia datang
bukannya tidak siap, karena jika kita tidak siap kita tidak akan dikenali oleh
Yesus seperti mempelai laki-laki yang tidak mengenal lima gadis bodoh, kita pun
dapat melihat contoh dari Injil Lukas yang mengumpamakan seorang hamba, jika
hamba mengetahui kehendak tuannya tapi tidak melakukan persiapan akan
mendapatkan pukulan, lihat Lukas 12:47
“Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan
persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima
banyak pukulan ”kedua perumpamaan ini memiliki kesamaan pada bagian akhir yaitu
jika tidak melakukan persiapan yang seperti yang dikendaki Tuhan dan jika kita
lalai dalam persiapan tersebut kita akan mendapat ganjaran yang berarti tidak
dapat masuk ke dalam Kerajaan Surga. Kuncinya adalah bersikaplah awas dalam
persiapan memasuki Kerajaan Surga.
Yesus
tidak sedang memaparkan suatu kisah nyata; Ia memperingatkan akan malapetaka
bagi orang yang tahu mereka harus berjaga-jaga untuk menyambut kedatangan Anak
Manusia, tetapi yang tidak melakukannya. Mereka menyisihkan diri mereka sendiri
di antara kaum yang diselamatkan. Ketika masih ada waktu, mereka sudah menutup
pintu bagi diri mereka sendiri. Sekarang tidak ada kemungkinan mereka bisa
masuk ke dalam.
Yesus
menegaskan pelajaran yang mau Ia berikan. Ia megucapkan apa yang telah dua kali
Ia katakan dalam diskursus ini “Karena itu, berjaga-jagalah” (24:42; 43;
panggilan untuk berjaga-jaga mewarnai seluruh diskursus). Hal ini penting,
memiliki sikap awas itulah yang dimaksud dengan berjaga-jaga, karena dengan
memiliki sikap awas mampu mengantisipasi bencana. Yesus sekali lagi berkata
bahwa para pendengar-Nya “tidak tahu akan hari maupun akan saatnya”. Dengan
demikian ketika kita memiliki sikap awas, kita setidaknya siap dalam
menghadapinya, oleh karena sikap awas inilah yang memampukan kita untuk
terhindar dan mengantisipasi setiap bencana yang mungkin akan terjadi seperti
halnya kelima gadis bodoh tersebut yang mengalami sebuah bencana yaitu tidak
dapat ikut serta dalam perkawinan tersebut. Ini pun adalah sebuah bencana yang
tidak mampu teratasi sebab mereka tidak menyadari bahwa mereka tidak memiliki
sebuah sikap yang sangat penting yaitu sikap awas dalam segala sesuatu. Adapun
jika seandainya tetap saja tidak dapat diatasi bencana tersebut, tetapi
setidaknya kita sudah bersiaga dengan sikap awas kita. Di dunia ini kita harus
menyadari bahwa kita tidak bisa tahu berapa lama kehidupan akan berlangsung.
Serupa itu, di dalam kerajaan Allah, kita harus menyadari bahwa kita tidak bisa
tahu kapan kerajaan itu akan terwujud di dunia.
Aplikasi
Perumpamaan ini jelas
mengajarkan kepada jemaat masa kini untuk memiliki sikap awas karena dengan
sikap tersebut mampu mengatasi berbagai macam datangnya bencana kehidupan, tak
heran jika dalam menutup pengajaran perumpamaan-Nya, Yesus mengingatkan untuk
terus berjaga-jaga (ay.13), demikianlah secara tersurat perumpamaam tersebut
mengajarkan untuk memiliki sikap awas yang tiada henti melakukan persiapan
untuk dapat masuk ke dalam Kerajaan Surga. Pada masa kini, Kerajaan Surga bisa
dikatakan sudah mulai dekat. Jemaat masa kini boleh dengan yakin menyatakan
bahwa Kerajaan Surga sudah dekat. Jemaat diingatkan pada hal yang harus
dipersiapkan, dan berawaslah akan hal yang harus dipersiapkan, karena jika
orang percaya terlalu nyaman dengan dunia sehingga sekali saja orang percaya
lalai dan kelalaian itu terjadi tepat pada saat kedatangan Yesus, harapan untuk
dapat masuk ke dalam Kerajaan Surga akan tertutup. Jemaat didorong untuk memiliki
sikap awas yaitu dengan keantusiasan menanti-nantikan kedatangan Tuhan kedua
kali seperti para gadis yang berantusias menyongsong mempelai pria dan
menikmati prosesi perjamuan perkawinan. Karena dengan demikian maka setidaknya
sedikit mencegah datangnya bencana.
[1] Jemaat mula-mula suka menafsirkan
perumpamaan ini secara alegoris. Menurut John Chrysostom, misalnya, “obor
adalah anugerah keperawanan itu sendiri, kekudusan yang murni; minyak
melanbangkan kemanusiaan, pemberian, bantuan bagi mereka yang memerlukan” (hal
470).
[2]
Leon Morris, Injil Matius (Surabaya: Momentum, 2016),
623.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bijak sesuai dengan topik yang dibahas..